Seiring dengan cepatnya laju modernisasi yang tidak bisa dihentikan, membuat beberapa tradisi dan budaya mulai terkikis dengan kurangnya minat generasi muda untuk meneruskan tradisi dan budaya.
Ragam pilihan dan anggapan “kuno” terhadap tradisi dan budaya tersebut menjadi salah satu faktor minimnya minat generasi saat ini.
Launching BEDAS KALAMDAYA THE GREAT KENDAN masih menyisakan kesan, digelar di area kurubut yang nota bene memiliki udara yang sejuk, dikelilingi pohon hijau dan suara gemercik air, menandakan lokasi tersebut sangat asri dan terjaga. Kemudian penampilan dari pelaku seni yang ada di Citaman, dari yang muda hingga yang tua semua bersatu dan menyuguhkan tontonan yang sangat layak untuk diapresiasi, tidak jauh dari panggung, terdapat stan kopi, bajigur dan makanan tradisional seperti getuk, surabi dan lain lain.
Hal tersebut terjadi karena adanya komunikasi yang intens antara Kepala Desa terhadap supporting system, dalam hal ini adalah warga yang biasa disebut dengan people power.
People Power adalah salah satu supporting system yang diandalkan di Desa Citaman, dianalogikan seperti “Angeun Kacang” kolaborasi antara warga yang memiliki “rasa” yang berbeda kemudian disatukan dan di presentasikan dalam sebuah wadah yang dapat dinikmati dengan beragam rasa yang bersatu.
Definisi “Angeun Kacang” tersebut kemudian dihadirkan di dalam gelaran Launching BEDAS KALAMDAYA THE GREAT KENDAN, dimana keberagaman mulai dari unsur budaya, tradisi dan pop kultur di pertontonkan dan di hidangkan.
“Dalam moment ini, insyaallah Citaman siap NGABEDASKEUN Kabupaten Bandung ku gawe rancage, gawena kalayan dipikiran, di saimankeun ku hate dimana hate jeung pikiran ngahiji jadi kabijaksanaan” Ucap Abah Yayan dalam sambutannya.
Sumber :
https://desacitaman.com/2021/09/21/enggan-tergerus-era-modernisasi-definisi-angeun-kacang-dihadirkan-di-citaman/